Selasa, 10 Mei 2011

Asas Pengajaran untuk Anak Tuna Grahita

ANAK tuna grahida adalah yang memiliki keterbelakangan mental dari anak normal pada umumnya. Di sekitar kita banyak dijumpai anak tuna grahita atau anak terbelakang mental. Mereka biasanya menarik diri dari pergaulan karena mereka sering dihina oleh teman dan lingkungannya sebagai anak yang bodoh.





Orang tua biasanya malu memiliki anak demikian dan para guru di sekolah umum juga kurang paham tentang anak tuna grahita ini sehingga para guru memaksakan memberikan pelajaran sesuai target kurikulum yang telah ditentukan.

Sekarang para orang tua sebaiknya tidak perlu malu memiliki anak tuna grahita karena sekarang sudah ada sekolah yang menampung anak demikian yaitu sekolah luar biasa bagian C. Sebaiknya para guru bila memiliki anak didik yang terbelakang dari anak-anak normal lainnya, misalnya anak tidak bisa membaca sampai kelas III/IV atau terlambat sekali dalam berhitung dan pelajaran akademik lainnya tolong kordinasikan dengan orang tua agar mau merujuk anaknya ke sekolah luar biasa bagian C. Karena bila guru maupun orang tua memaksakan anak mengikuti pendidikan di sekolah umum maka pendidikan pada anak tidak akan berhasil, bila dipaksa anak biasanya akan menarik diri dari pergaulan yang lama kelamaan menyebabkan anak malas masuk sekolah. Untuk menghindari hal itu mengapa tidak menyekolahkan anak di sekolah luar baisa bagian C saja, karena akan sesuai dengan kemampuan anak.

Di bawah ini penulis akan menyajikan sekelumit asas pengajaran yang selama ini telah diterapkan di sekolah luar biasa bagian C yaitu:

Asas keperagaan

Karena anak tuna grahita sangat lambat daya tangkapnya maka penggunaan alat bantu mengajar sangat bermanfaat. Manfaat penggunaan alat peraga bagi anak tuna grahita yaitu untuk menarik minat anak untuk belajar agar anak tidak cepat bosan karena anak tuna grahita cepat sekali bosan dalam menerima pelajaran, mencegah verbalisme yaitu anak hanya tahu kata-kata tanpa mengerti maksudnya anak tuna grahita sering menirukan apa yang didengar atau dikatakan oleh temannya padahal mereka tidak tahu maksud yang dikatakan tersebut, dengan alat peraga pengalaman anak akan diberikan secara baik yaitu dari yang paling kongkret menuju ke hal yang kongkret akhirnya ke hal-hal yang abstrak, anak akan mendapat pengertian yang mendalam. Untuk anak tuna grahita penggunaan alat peraga ini lebih banyak karena berguna membantu proses berpikir anak, meskipun pengertian materi-materi tersebut sangat sederhana.

Asas Kehidupan Kongkret

Di dalam penerapan asas ini anak diperlihatkan dengan benda atau dengan situasi yang sesungguhnya, kemudian dijelaskan pula penggunaan atau kenyataan yang sesungguhnya dalam kehidupan sehari-hari.

Suatu contoh anak diajak ke pasar, dikenalkan alat-alat atau kebutuhan makanan sehari-hari. Misal: panci, sendok, piring, garpu dan lain-lain beserta penggunaan atau bahan makan misal beras, sayuran, gula, dan sebagainya. Atau contoh lain anak dikenalkan alat-alat yang dipergunakan untuk membersihkan gigi, dijelaskan bagaimana cara menggunakan sekaligus diberi pengertian dengan menggosok gigi secara rutin dapat terjaga kesehatan giginya.

Asam Sosialisasi

Bersosialisasi penting sekali bagi anak tuna grahita. anak tuna grahita harus belajar mewujudkan dirinya sendiri dan diharapkan anak merasa bahwa dirinya punya pribadi yang ada persamaan dan perbedaan dengan pribadi yang lain. Dengan penerapan asas ini diharapkan anak terbelakang dapat menemukan tempat tertentu dalam masyarakat yang sesuai dengan kemampuannya dan dapat mengembangkan tingkah laku yang sesuai serta dapat diterima dalam masyarakat.

Asas Skala Perkembangan Mental

Mengingat bahwa anak tuna grahita mempunyai keterbelakangan dalam kemampuan berpikir, akibatnya ada anak yang mempunyai umur kalender lebih banyak, sedang umur mentalnya dibawah umur kalendernya. Oleh sebab itu dalam pengajaran diterapkan asas skala perkembangan mental. Asas ini berhubungan dengan penempatan anak di dalam kelas-kelas. Pengajaran akan berhasil apabila di dalam suatu kelas perkembangan mental anak sama atau hampir sama, sehingga memudahkan dalam memberikan materi pelajaran. Meskipun demikian dalam menyampaikan pelajaran guru harus menyesuaikan dengan kemampuan masing-masing anak.

Asas Individual

Maksud asas individual yaitu pemberian bantuan atau bimbingan kepada seseorang sesuai dengan kemampuannya agar dapat belajar dengan baik. Asas ini penting sekali bagi anak tuna grahita dikarenakan kemampuannya yang terbatas sehingga menghambat perkembangan kepribadian.

Oleh karena itulah perlu pengajaran individual. Karena selain kemampuan yang terbatas, anak tuna grahita cenderung terganggu emosinya/ emosi tidak stabil dimana hal ini merupakan penghambat, maka perlu pengajaran individual guna mencari sebab dan cara mengurangi gangguan tersebut.

Demikianlah asas pengajaran yang diterapkan di sekolah luar biasa bagian C. Apakah orangtua yang memiliki anak tuna grahita masih ragu atau malu untuk menyekolahkan anak mereka ke sekolah luar biasa bagian C. Kalau masih ragu atau malu tolong hilangkan keraguan dan rasa malu itu karena itu akan merugikan anak yang kita cintai dan hal itu akan menghambat perkembangan potensi yang dimiliki anak.

Tunagrahita Tidak Selalu Identik dengan Idiot

Pendidikan ialah salah satu hal penting bagi manusia. Betuk pendidikan bisa secara akademik atau non akademik. Pemerintah telah melakukan berbagai cara untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia tercinta ini. Mulai dari Program Wajar (wajib belajar) Sembilan Tahun sampai Wajar Dua Belas Tahun. Pembagian beasiswa dalam dan luar negeri pun termasuk dalam salah satu program pemerintah.
Adanya UU tentang pendidikan memberikan garis tebal bahwa pendidikan harus dilaksanakan secara merata dan tanpa pengecualian. Sekolah negeri, sekolah swasta, bahkan sekolah luar biasa (SLB) menjadi tempat formal untuk mendapatkan pendidikan.Berbicara tentang SLB, tidak akan lepas dari keberadaan anak luar biasa (ABK). ABK ialah anak yang memiliki grafik perkembangan yang berbeda dari anak normal. Grafik tersebut bisa naik dan turun. Ada beberapa kategori ABK diantaranya Tunagrahita, Tunawicara, Tunarungu, Tunalaras, Tunanetra, Tunadaksa, Anak berkesulitan belajar, dan anak yang terlampau pintar.
Sementara ini yang akan saya bahas ialah tentang anak tunagrahita. Banyak yang berasumsi bahwa anak tunagrahita sama dengan anak idiot. Asumsi tersebut kurang tepat karena sesungguhnya anak tunagrahita terdiri atas beberapa klasifikasi. Tunagrahita ialah istilah yang digunakan untuk anak yang memiliki perkembangan intelejensi yang terlambat. Setiap klasifikasi selalu diukur dengan tingkat IQ mereka, yang terbagi menjadi tiga kelas yakni tunagrahita ringan, tunagrahita sedang dan tunagrahita berat.
1. Tunagrahita Ringan
Anak yang tergolong dalam tunagrahita ringan memiliki banyak kelebihan dan kemampuan. Mereka mampu dididikdan dilatih. Misalnya, membaca, menulis, berhitung, menjahit, memasak, bahkan berjualan. Tunagrahita ringan lebih mudah diajak berkomunikasi. Selain itu kondisi fisik mereka tidak begitu mencolok. Mereka mampu berlindung dari bahaya apapun. Karena itu anak tunagrahita ringan tidak memerlukan pengawasan ekstra.
2. Tunagrahita Sedang
Tidak jauh berbeda dengan anak tunagrahita ringan. Anak tunagrahita sedang pun mampu diajak berkomunikasi. Namun, kelemahannya mereka tidak begitu mahir dalam menulis, membaca, dan berhitung. Tetapi, ketika ditanya siapa nama dan alamat rumahnya akan dengan jelas dijawab. Mereka dapat bekerja di lapangan namun dengan sedikit pengawasan. Begitu pula dengan perlindungan diri dari bahaya. Sedikit perhatian dan pengawasan dibutuhkan untuk perkembangan mental dan sosial anak tunagrahita sedang.
3. Tunagrahita Berat
Anak tunagrahita berat disebut juga idiot. karena dalam kegiatan sehari-hari mereka membutuhkan pengawasan, perhatian, bahkan pelayanan yang maksimal. Mereka tidak dapat mengurus dirinya sendiri apalagi berlindung dair bahaya. Asumsi anak tunagrahita sama dengan anak Idiot tepat digunakan jika anak tunagrahita yang dimaksud tergolong dalam tungrahita berat.
Melalui sedikit penjelasan tentang anak tunagrahita, semoga pembaca yang masih menganggap semua anak tunagrahita itu anak idiot dan tidak memiliki kemampuan apa-apa tidak lagi berpikiran semacam itu. Setelah mengetahui hal ini pula kiranya dapat disosialisasikan kepada siapa saja yang masih belum tahu.
Anak luar biasa hanya sdikit berbeda dari anak normal. Namun sesungguhnya dibalik “keluarbiasaannya” mereka benar-benar luar biasa. Kepercayaan ialah hal yang sangat dibutuhkan dan menjadi bagian yang sangat berharga. Jangan pernah memandang sebelah mata akan apa yang hanya terlihat dari luarnya saja

Tunagrahita , Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Langsung ke: navigasi, cari
Tunagrahita adalah keadaaan keterbelakangan metal, keadaan ini dikenal juga retardasi mental (mental retardation). Tunagrahita sering disepadankan dengan istilah-istilah, sebagai berikut:
  1. Lemah pikiran (Feeble Minded)
  2. Terbelakang mental (Mentally Retarded)
  3. Bodoh atau dungu (Idiot)
  4. Pandir (Imbecile)
  5. Tolol (Moron)
  6. Oligofrenia (Oligophrenia)
  7. Mampu Didik (Educable)
  8. Mampu Latih (Trainable)
  9. Ketergantungan penuh (Totally Dependent) atau Butuh Rawat
  10. Mental Subnormal
  11. Defisit Mental
  12. Defisit Kognitif
  13. Cacat Mental
  14. Defisiensi Mental
  15. Gangguan Intelektual
Pengertian Tunagrahita menurut American Asociation on Mental Deficiency/AAMD dalam B3PTKSM, (p. 20) sebagai berikut: yang meliputi fungsi intelektual umum di bawah rata-rata (Sub-average), yaitu IQ 84 ke bawah berdasarkan tes; yang muncul sebelum usia 16 tahun; yang menunjukkan hambatan dalam perilaku adaptif. Sedangkan pengertian Tunagrahita menurut Japan League for Mentally Retarded (1992: p.22) dalam B3PTKSM (p. 20-22) sebagai berikut: Fungsi intelektualnya lamban, yaitu IQ 70 kebawah berdasarkan tes inteligensi baku.Kekurangan dalam perilaku adaptif. Terjadi pada masa perkembangan, yaitu anatara masa konsepsi hingga usia 18 tahun.

Minggu, 01 Mei 2011

Asesmen Membaca, Menulis, Berhitung Bagi Anak Tuna Grahita

A. Pengertian Asesmen
Asesmen adalah proses yang sistimatis dalam mengumpulkan data seseorang anak yang berfungsi untuk melihat kemampuan dan kesulitan yang dihadapi seseorang saat itu. Mengumpulkan informasi yang relevan, sabagai bahan untuk menentukan apa yang sesungguhnya dibutuhkan, dan menerapkan seluruh proses pembuatan keputusan tersebut (Mcloughlin and Lewis, 1986:3; Rochyadi & Alimin 2003:44; Sodiq, 1996; Fallen dan Umansky, 1988 dalam Sunardi dan Sunaryo, 2006:80).
Asesmen ini dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan asesmen formal dan asesmen informal. Asesmen formal adalah asesmen dengan menggunakan tes standar yang sudah disusun sedemikian rupa oleh para ahli sehingga memiliki standar tertentu, sedangkan tes informal adalah penilaian dengan menganalisis hasil pekerjaan siswa atau dengan tes buatan guru (McLoughlin dan Lewis, 1986; Mercer dan Mercer, 1989; Abdurrahman, W., 2003:265; Wardani, 2007:8.25 ).
Adapun langkah-langkah untuk melakukan asesmen Widati (2003:5) sebagai berikut melakukan identifikasi, menetukan tujuan asesmen, mengembangkan alat asesmen, dan penafsiran hasil asesmen.

B. Langkah-langkah Melakukan Asesmen
Dalam penyusunan asesmen ini ada beberapa tahapan yang meliputi kegiatan identifikasi, tujuan asesmen, pengembangan alat asesmen, pelaksanaan , penafsiran hasil asesmen.
1. Identifikasi
Identifikasi disini adalah menentukan anak tunagrahita yang akan diasesmen. Identifikasi dapat dilakukan melalui pengamatan/observasi yang cermat mengenai perilaku anak tunagrahita saat belajar dan menganalisis hasil kerja anak. Identifikasi harus menghasilkan siapa yang akan diasesmen dan dalam aspek apa asesmen itu perlu dilakukan.
2. Menetapkan Tujuan Asesmen
Setelah hasil identifikasi diketahui, selanjutya ditetapkan tujuan asesmen yang akan dilakukan. Tujuan asesmen setiap murid akan sama atau berbeda tergantung pada gejala yang ditemukan pada waktu identifikasi.
3. Mengembangkan alat asesmen
Untuk melakukan asesmen guru dapat menggunakan alat asesmen yang sudah baku (asesmen formal) atau alat asesmen buatan sendiri (asesmen informal).
Dalam asesmen informal guru harus mengembangkan alat asesmen sendiri. Alat asesmen ini disesuaikan dengan kurikulum.
4. Pelaksanaan asesmen
Guru melakukan asesmen sesuai dengan aspek yang akan diasesmen dalam waktu dan ditempat tertentu. Waktu yang digunakan dalam melakukan asesmen disesuaikan dengan alat yang dikembangkan serta disesuaikan dengan kemampuan anak dalam memusatkan perhatian sesuai usiannya. Misalnya usia kelas satu SD, lama tes sebaiknya tidak lebih dari 30 menit (Widati S 2003:5). Tes yang diberikan lebih dari 30 menit tidak akan memberikan informasi yang akurat tentang kemampuan anak karena perhatian anak sudah terpecah.
Dalam pelakasanaan asesmen penting pula untuk diperhatikan dalam hal menciptakan ruangan atau tempat asesmen yang kondusif. Tempat asesmen harus terhindar dari hal-hal yang dapat mengganggu perhatian anak, sehingga tempat asesmen itu menjadi nyaman dan menimbulkan rasa nyaman bagi anak.
5. Penafsiran
Setelah melaksanakan asesmen, tahap selanjutnya adalah guru mengolah hasil asesmen dan menafsirkannya. Dalam kegiatan inilah akhirnya mengambil keputusan untuk menentukan pembelajaran yang tepat untuk anak tunagrahita. Kegiatan menafsirkan ini cukup menentukan, jika penafsiran keliru, maka program pembelajaran yang dikembangkan akan keliru pula.
Hasil asesmen ini harus dikaitkan pula dengan kurikulum. Lihatlah materi pelajaran yang sesuai dengan jenjang kelas dimana anak tunagrahita berada. Apabila pada kurikulum itu tidak ditemukan materi yang sesuai dengan hasil asesmen maka harus dicari pada jenjang di bawahnya, jika masih belum ditemukan juga cari kembali pada jenjang di bawahnya lagi, demikian seterusnya, hingga ditemukan materi yang sejalan dengan hasil asesmen.
C. Asesmen Membaca
Mengenal Huruf
Nama : …
Jenis Kelamin : …
TTL : ..
Kelas : …
a b c d e f
g h i j k l
m n o p q r
s t u v x y
z
Membedakan Bentuk Huruf
(Lingkari huruf yang disebutkan)
Nama : …
Jenis Kelamin : …
TTL : ..
Kelas : …
Huruf B/S Huruf B/S
(1) b d p (2) a e r s
(3) m w h k
(4) l j t p y
(5) z o f v u n
(6) c s r z i e

(7) R G C D (8) O D Q P
(9) S Z B H K
(10) Y U Y L F
(11) X N M W Z S
(12) A R K T B F

Membaca Kata
(Bacalah kata-kata di bawah ini!)
Nama : …
Jenis Kelamin : …
TTL : ..
Kelas : …


1. buku duku kuku
2. mama mana nana
3. bulu bola labu
4. hati nasi hari
5. kuda lupa palu
6. peta gula pita
7. sewa vena vita
8. cuci guci gali
9. lusa lusi nita
10. tani rasi rusa
Observasi
Observasi
Deskripsi
  1. Posisi duduk
  2. Posisi kepala
  3. Konsentrasi
  4. Gerakan tangan
  5. Kesalahan membaca
  6. Posisi buku
  7. Intonasi
  8. Ekspresi
  9. Nada suara (tegang/tidak)


Asesmen pemahaman bacaan
Menggunakan procedure cloze. Setiap kata ketiga, atau keempat, atau kelima dikosongkan.
Membaca mandiri 57% ke atas
Membaca pengajaran 44-56%
Membaca frustrasi 43% ke bawah
Contoh Pencatatan Hasil Asemen
Nama: ………….
TTL : ………….
Kelas : ………………
No
Bentuk Kesulitan
Deskripsi
1 2.
3.
Mengenal huruf Terbalik huruf
Membalik huruf pada kata
Anak sudah mampu mengenal dan menyebutkan huruf dari a s.d. z, tapi masih terbalik pada huruf b dengan d, m dengan n, p dengan q. Anak masih sering terbalik huruf b dengan d, m dengan n, p dengan q.
Anak sudah mampu membaca kata, namun masih sering terjadi membalik kata, misalnya kuda dengan daku, palu dengan lupa, tali dengan ilat

Penafsiran:
Anak membutuhkan latihan membedakan hurus b, d, m, n, p, dan q serta latihan membedakan kata yang memiliki komposisi huruf yang sama, misalnya tali dengan ilat, kuda dengan daku atau aduk, dll.
Bandung, ………………….
Mengetahui,
Kepala SLB…… Asesor
……………………. ………………
D. Asesmen Menulis
Pada saat asesmen guru dapat melakukan observasi kemampuan anak dalam hal
1. menulis dari kiri ke kanan
2. memegang pensil
3. menulis nama sendiri
4. menulis huruf-huruf
5. menyalin kata dari papan tulis ke buku atau kertas
6. menulis pada garis yang tepat
7. posisi kertas
8. penggunaan tangan dominant
9. posisi duduk
Instrumen Informal Untuk Menilai Bentuk Huruf
Nomor
Jenis Kesalahan
Keterangan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
a seperti o a seperti u
a seperti ci
b seperti li
d seperti cl
e tertutup tidak ada lubangnya
h seperti hi
i seperti e tanpa titik
m seperti w
n seperti v
o seperti a
r seperti i
r seperti n
t seperti l
t dengan garis di atasnya
Atau
Instrumen Informal Untuk Menilai Bentuk Huruf
Aspek
Deskripsi
Posisi duduk
Posisi kertas
Memegang pensil/alat tulis
Bentuk
Ukuran
Spasi (antar huru dan antar kata)
Ketepatan pada garis
Kualitas garis
Contoh hasil asesmen
Catatan Hasil Asesmen
Aspek
Deskripsi
Posisi duduk Pada saat duduk, badan kurang tegak, dagu menempel pada meja, telapak kaki menapak dengan baik pada lantai, dan posisi tangan tidak menopang badan tapi direntangkan ke depan.
Posisi kertas Posisi kertas miring/tidak sejajar dengan badan
Memegang pensil/alat tulis Mampu memegang pensil dengan tiga jari
Bentuk Bentuk tulisan huruf dan kata terlalu condong dan tidak konsisten;kadang condong kadang tegak.
Ukuran Ukuran huruf tidak konsisten ada yang terlalu besar hingga melewati garis dan ada yang terlalu kecil
Spasi (antar huruf dan antar kata) Anak belum memahami spasi antar kata sehingga kata yang ditulis cenderung menumpuk.
Ketepatan pada garis Huruf ditulis mengangkang di atas garis.
Kualitas garis (terlalu tebal atau terlalu tipis) Tulisan terlalu menekan sehinga huruf terlihat tebal dan kotor.
Penafsiran:
Anak membutuhkan materi/latihan posisi duduk, posisi kertas, latihan bentuk huruf yang konsisten, ukuran, spasi antar kata, ketepatan pada garis, dan kualitas garis.
Bandung, ………………….
Mengetahui,
Kepala SLB…… Asesor
……………………. ………………
E. Asesmen Berhitung/Matematika

1. Menyebutkan atau menunjukkan lambang bilangan
2 5 3 8 1
9 7 6 10 4
2. Menulis lambang bilangan
a) Tulislah lambang bilangan 1!
b) Tulislah lambang bilangan 5!
c) Tulislah lambang bilamgan 3
d) Tulislah lambang bilangan 2
3. Mengurutkan
Isilah titik di bawah ini dengan lambang bilangan yang tepat!
a) 1, …, 3, …, 5, …, 7, …, 9, ….
b) 1, …, 3, 4, …, 6,…, 8, …, 10
c) …, 4, …, …, 7, …
d) 10, …, 8, 7, 6, …, 4, …., 2, …
4. Simbol Operasi Hitung (+, -, x, :, <, dan >)
Isilah titik-titik di bawah ini!
1) Tuliskan lambang perkalian! …
2) Tuliskan lambang lebih kecil! …
3) Tulislah lambang penjumlahan! …
4) Tulislah lambang lebih besar! …
5) Tulislah lambang pembagian! …
6) Tuliskan lambang pengurangan! …
Isilah dengan memberi tanda <, >
1. 4………….. 6 1. 4 ……….. 3
2. 7………….. 9 2 5 ……….. 2
3. 3………….. 5 3 6 ………… 5
4. 4………….. 8 4 9 ………… 8
5. 5………….. 6 5 10 …………. 15

5. Nilai Tempat
Nilai tempat satuan, puluhan, ratusan, dan ribuan


1. 11 = puluhan
satuan
2. 14 = puluhan
satuan
3 19 = puluhan
satuan
4. 24 = puluhan
satuan
5. 26 = puluhan
satuan
6. 125 = ratusan
puluhan
satuan
7. 886 = ratusan
puluhan
satuan
8. 905 = ratusan
puluhan
satuan
9. 1256 = ribuan
ratusan
puluhan
satuan
10. 7235 = ribuan
ratusan
puluhan
satuan

11. 1 puluhan + 0 satuan = …
12. 1 puluhan + 6 satuan = …
13. 5 puluhan + 8 satuan = …
14. 7 puluhan + 3 satuan = …
15. 1 ratusan + 0 puluhan + 3 satuan = …
16. 3 ratusan + 5 puluhan + 0 satuan = …
17. 9 ratusan + 8 puluhan + 7 satuan = …
18. 2 ribuan + 0 ratusan + 0 puluhan + 9 satuan = …
19. 5 ribuan + 7 ratusan + 5 puluhan + 0 satuan = …
20. 9 ribuan + 8 ratusan + 4 puluhan + 2 satuan = …
6. Operasi hitung
Jumlahkan bilangan-bilangan di bawah ini !

1. 1 + 1 =
2. 3 + 2 =
3. 4 + 5 =
4. 5 + 6 =
5. 6 + 9 =
6. 15 + 2 = …
7. 17 + 3 = …
8. 37 + 6 = …
9. 56 + 3 = …
10. 74 + 6 = …

22 24 23 25 26
15 + 23 + 24 + 14 + 23 +
…….. ……… …….. …….. . ………..

Kurangilah bilangan-bilangan dibawah ini !

1. 1 4 – 5 =
2. 23 – 12 =
3. 27 – 18 =
4. 35 – 26 =
5. 46 – 29 =

25 34 37 45 46
35 – 17 – 18 – 29 – 27 -
……….. ……….. ………. ………. …………
Kerjakan soal-soal perkalian di bawah ini!
1. 2 x 3 = …
2. 1 x 10 = …
3. 4 x 3 = …
4. 5 x 6 = …
5. 8 x 7 = …
Penafsiran
Anak sudah mampu menyelesaikan soal operasi hitung penjumlahan dengan hasil di bawah 10. tapi anak masih kesulitan dalam penjumlahan dengan teknik menyimpan, pengurangan, perkalian, dan pembagian. Anak masih belum paham dengan simbol < dan >.
Jadi kebutuhan belajarnya adalah membutuhkan materi dasar penjumlahan dengan teknik menyimpan, pengurangan, perkalian, dan pembagian, serta konsep dasar simbol < dan >.

Selasa, 29 Maret 2011

Mengetahui lebih jauh Autis Dan Tunagrahita

Mengenal Autis dan Tuna Grahita Banyak diantar kita yang rancu membedakan antara autis dan tuna grahita. Tulisan ringkas ini mungkin bisa menambah informasi kita untuk lebih memahami dua hal tersebut, walaupun gejala-gejala yang diderita oleh anak autis dan  tuna grahita memiliki kemiripan.
Autisme diklasifikasikan sebagai ketidaknormalan perkembangan neuro yang menyebabkan interaksi sosial yang tidak normal, kemampuan komunikasi, pola kesukaan, dan pola sikap. Autisme bisa terdeteksi pada anak berumur paling sedikit 1 tahun. Autisme empat kali lebih banyak menyerang anak laki-laki dari pada anak perempuan.
Tanda - tanda Autisme
  • Tidak bisa menguasai atau sangat lamban dalam penguasaan bahasa sehari-hari
  • Hanya bisa mengulang-ulang beberapa kata
  • Mata yang tidak jernih atau tidak bersinar
  • Tidak suka atau tidak bisa atau atau tidak mau melihat mata orang lain
  • Hanya suka akan mainannya sendiri (kebanyakan hanya satu mainan itu saja yang dia mainkan)
  • Serasa dia punya dunianya sendiri
  • Tidak suka berbicara dengan orang lain
  • Tidak suka atau tidak bisa menggoda orang lain
Penyebab Autisme
Penyebab Autisme sampai sekarang belum dapat ditemukan dengan pasti. Banyak sekali pendapat yang bertentangan antara ahli yang satu dengan yang lainnya mengenai hal ini.
Ada pendapat yang mengatakan bahwa terlalu banyak vaksin Hepatitis B yang termasuk dalam MMR (Mumps, Measles dan Rubella )bisa berakibat anak mengidap penyakit autisme. Hal ini dikarenakan vaksin ini mengandung zat pengawet Thimerosal, yang terdiri dari Etilmerkuri yang menjadi penyebab utama sindrom Autisme Spectrum Disorder.
Tapi hal ini masih diperdebatkan oleh para ahli. Hal ini berdebatkan karena tidak adanya bukti yang kuat bahwa imunisasi ini penyebab dari autisme, tetapi imunisasi ini diperkirakan ada hubungannya dengan Autisme.
Tunagrahita
Tunagrahita merupakan kata lain dari Retardasi Mental (mental retardation). Tuna berarti merugi. dan rahita berarti pikiran. Retardasi Mental (Mental Retardation/Mentally Retarded) berarti terbelakang mental.
Tunagrahita sering disepadankan dengan istilah-istilah, sebagai berikut:
  • Lemah fikiran ( feeble-minded)
  • Terbelakang mental (Mentally Retarded)
  • Bodoh atau dungu (Idiot)
  • Pandir (Imbecile)
  • Tolol (moron)
  • Oligofrenia (Oligophrenia)
  • Mampu Didik (Educable)
  • Mampu Latih (Trainable)
  •  Ketergantungan penuh (Totally Dependent) atau Butuh Rawat
  • Mental Subnormal
  • Defisit Mental
  • Defisit Kognitif
  • Cacat Mental
  • Defisiensi Mental
  • Gangguan Intelektual
 American Asociation on Mental Deficiency/AAMD dalam B3PTKSM, (p. 20), mendefinisian Tunagrahita sebagai kelainan: yang meliputi fungsi intelektual umum di bawah rata-rata (Sub-average), yaitu IQ 84 ke bawah berdasarkan tes, yang muncul sebelum usia 16 tahun, yang menunjukkan hambatan dalam perilaku adaptif.
Sedangkan pengertian Tunagrahita menurut Japan League for Mentally Retarded (1992: p.22) dalam B3PTKSM (p. 20-22) sebagai berikut: Fungsi intelektualnya lamban, yaitu IQ 70 kebawah berdasarkan tes inteligensi baku. Kekurangan dalam perilaku adaptif. Terjadi pada masa perkembangan, yaitu anatara masa konsepsi hingga usia 18 tahun.
Pengklasifikasian/penggolongan Anak Tunagrahita untuk keperluan pembelajaran menurut American Association on Mental Retardation dalam Special Education in Ontario Schools (p. 100) sebagai berikut:  EDUCABLE Anak pada kelompok ini masih mempunyai kemampuan dalam akademik setara dengan anak reguler pada kelas 5 Sekolah dasar.
Untuk terapi autis, dikenal ada 4 metode terapi:
  • Terapi Perilaku
  • Terapi Wicara
  • Terapi Biomedik
  • Terapi Integrasi sensoris 
dikutip dari Wikipedia dan berbagai sumber